Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 15 April 2020

TUGAS TERSETRUKTUR AL-QUR AN HADITS MTs AGUNG ALIM BLADO (KELAS VII A,B,C,D,E,F,G)


Pengertian Qalqalah

Pengertian Qalqalah menurut bahasa ialah qalqalah yang berarti pantulan atau getaran suara. dan menurut istilah qalqalah adalah melafalkan huruf-huruf tertentu dalam satu kalimat dengan suara memantul dari bagian makhrajnya karena huruf tersebut berharakat fathah, kasrah dan dammah yang dibaca sukun karena berhenti.

Macam-macam Qalqalah

Macam-macam qalqalah ada dua yaitu qalqalah sugra dan kubra. Untuk lebih jelasnya admin akan memberikan penjelasan serta contohnya dibawah ini :

1. Qalqalah Sugra ( Qalqalah Kecil )

Qalqalah sugra (kecil) adalah huruf qalqalah yang berada pada pertengahan kata yang berharakat sukun. Cara membacanya dengan pantulan yang tidak terlalu kuat.
Contoh Bacaan Qalqalah Sugra :


bacaan qalqalah sugra

2. Qalqalah Kubra ( Qalqalah Besar )

Qalqalah besar adalah huruf qalqalah yang dibaca sukun yang berada pada akhir kata atau ayat, baik karena memang berharakat sukun ataupun fathah, kasrah, dammah dan tanwin, tetapi dibaca waqaf. Cara membacanya harus lebih mantap dengan memantulkan suara dengan pantulan yang cukup kuat.
Contoh Bacaan Qalqalah Kubra :


bacaan qalqalah kubra

Itulah penjelasan mengenai pengertian qalqalah, macam-macam qalqalah serta contoh bacaan qalqalah sugra dan kubra, semoga dengan mempelajari hukum bacaan qalqalah diatas kita bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, agar kita bisa mendapatkan manfaat dari ayat-ayat yang kita baca. Terimakasih 🙂

Sabtu, 04 April 2020

TUGAS TERSETRUKTUR MAPEL ALQURAN HADITS KELAS 8 ( A.B.C.D.E.F )MTs AGUNG ALIM BLADO



1. Konsep Keseimbangan Hidup Dunia dan Akhirat
a. Lafal Hadis

HADITS 1لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ وَلاَ اخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتّى يُصِيْبُ مِنْهُمَاجَمِيْعًا
فَاِنَّ الدَّنْيَا بَلَاغٌ اِلَى اْلاخِرَةِ وَلَاتَكُوْنُوْا كَلًّ عَلَى النَّاسِ ( رواه ابن عسا كرعن انس )

 HADITS  2

اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ
اِحْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِا للهِ وَلَاتَعْجِرْ ( رواه عن ابى هريرة )

 HADITS  3

لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً مِنْ حَطَبٍ فَيَبِيْعَ فَيَكُفَّ اللهُ بِهِ وَجْهَهُ
خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اُعْطِيَ اَمْ مُنِعَ (رواه البخارى عن الزبير بن العوام)

b. Terjemah Hadis
Hadis Pertama
Bukanlah orang yang baik diantara kamu yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain. (HR. Ibnu Asakir dari anas)
Hadis kedua
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang
lemah, sedangkan pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tak berdaya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Hadis ketiga
Sungguh jika salah seorang diantara kamu membawa seutas tali untuk mencari seikat kayu bakar, lalu kayu itu dijual sehingga Allah mencukupkan kebutuhan hidupnya dengan hasil jualannya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau ditolak (HR. al-Bukhari)


Hadis Riwayat Ibnu ’Asakir dari Anas di atas mengandung beberapa pelajaran yang perlu kita cermati. Adapun beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari sabda Rasulullah Saw. tersebut di atas ialah :
a) Tidak dibenarkan orang Islam lebih mengutamakan kehidupan akhiratnya hingga melalaikan kehidupan dunianya. Begitu pula sebaliknya mengejar kehidupan dunia hingga melupakan akhiratnya juga bukanlah hal yang baik.
b) Yang terbaik dalam Islam adalah adanya perhatian yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat
c) Kehidupan dunia perlu diperhatikan bukanlah sebagai tujuan hidup, akan tetapi sebagai sarana untuk mencapai kehidupan akhirat
d) Dengan adanya perhatian yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, Allah Swt. berjanji akan memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
e) Agama Islam melarang pemeluknya menjadi beban yang memberatkan bagi orang lain. Maka wajib bagi umat Islam berusaha dengan keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Sehingga tidak akan menjadi beban orang lain.
c. Kandungan Hadis
Beberapa pelajaran yang terkandung dalam Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah ialah :
a) Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah., dari pada orang mukmin yang lemah.
b) Hadis ini merupakan motivasi bagi Umat Islam untuk menjadi umat yang kuat. Kuat yang dimaksud adalah kuat dalam berbagai hal diantaranya ialah:
1) Kuat iman, yaitu imannya teguh dan tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi apapun.
2) Kuat ilmu, yaitu memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Sehingga dengan ilmunya itu akan dapat memperjuangkan Islam dengan benar.
3) Kuat ekonomi, yaitu hidup kecukupan sehingga akan dapat memperjuangkan Islam dengan mudah. Karena ditopang dengan harta yang cukup.
4) Kuat semangat, yaitu memiliki semangat yang kuat dalam segala aspek kehidupan. Dengan semangat ini berarti telah memiliki modal yang besar untuk mencapai kejayaan Islam.

5) Kuat fisik, yaitu badan sehat dan tidak sakit-sakitan. Dengan badan yang sehat ini akan dapat menopang terhadap perjuangan Islam.
Memperhatikan uraian di atas, maka tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa seorang mukmin yang kuat merupakan aset yang besar dan syarat bagi tercapainya kejayaan Islam
Oleh karena itu setiap mukmin harus memiliki semangat yang kuat untuk berusaha mencapai cita-citanya yang mulia. Agar cita-cita yang mulia dapat tercapai, maka selain harus berusaha dengan semangat yang tinggi, setiap mukmin wajib berdo’a dan minta pertolongan kepada Allah Swt.
Hadis riwayat al-Bukhari dari Zubair bin Awwam mengandung beberapa pelajarann yang bisa kita ambil berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Beberapa pelajaran itu antara lain :
a) Motivasi untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
b) Untuk tidak merasa rendah diri dalam melakukan pekerjaan yang halal meskipun harus mencari kayu bakar.
c) Bekerja dengan semampunya untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya jauh lebih mulia ketimbang meminta-minta kepada orang lain.
d) Meminta-minta kepada orang lain adalah perbuatan yang tidak terhormat dan seharusnya dijauhi oleh setiap muslim.
e) Wajib bagi setiap muslim memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak menjadi beban orang lain.

2. Menjelaskan Keterkaitan Kandungan Hadis dalam Perilaku Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat dalam Fenomena Kehidupan dan Akibatnya
Memperhatikan kandungan ketiga Hadis di atas, maka dapatlah kita ketahui bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara Hadisyang satu dengan Hadis yang lain hubungannya dengan fenomena kehidupan setiap manusia. Keterkaitan ketiga Hadis tersebut dalam fenomena kehidupan manusia sehari-hari dan akibat (dampak positif) bagi kehidupan manusia adalah sebagai berikut :
a. Keterkaitan Kandungan Hadis
Hadis pertama mengajarkan tentang keseimbangan dalam perhatiannya terhadap kehidupan dunia dan akhirat. Jadi tidak benar meninggalkan dunianya demi kepentingan akhiratnya, begitu pula sebaliknya. Islam melarang kepada pemeluknya menjadi beban orang lain. Ini berarti mendorong untuk hidup mandiri.

Hadis kedua mengandung motivasi agar hidup penuh semangat dan untuk selalu minta pertolongan kepada Allah sehingga akan menjadi orang mukmin yang kuat. Karena orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt..
Hadis ketiga merupakan dorongan yang sangat kuat untuk bekerja keras dalam rangka memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apapun pekerjaannya yang penting halal.
Hal ini akan dapat menghindari perilaku meminta-minta kepada orang lain.
Kesimpulan yang dapat kita ambil setelah memperhatikan kandungan ketiga Hadis tersebut ialah bahwa setiap muslim haruslah memiliki perilaku dalam kehidupan sehariharinya sebagai berikut :
a) berusaha menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.
b) berusaha untuk menjadi orang mukmin yang kuat dalam segala bidang.
c) mempunyai semangat yang tinggi dalam meraih sesuatu yang bermanfaat dan mulia.
d) selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt. dalam segala hal.
e) mau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
f) Tidak mau meminta-minta dan menjadi beban orang lain.
b. Akibat (Dampak Positif)                          
Dampak positif yang akan dapat diperoleh umatIslam ketika menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung pada ketiga Hadis di atas ialah :
a) Akan tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
b) Dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri sehingga tidak meminta-minta dan
  menjadi beban orang lain.
c) Memiliki pribadi yang mandiri.
d) Menjadi mukmin yang kuat dalam segala bidang.
e) Terasa selalu dekat kepada Allah Swt. sehingga hidupnya tenang.
f) Dapat memperjuangkan Islam dengan kekuatan yang maksimal.
g) Menjadi orang yang terhormat sehingga tidak menjadi bahan cemoohan orang, disegani oleh musuh-musuh Islam sehingga tidak senantiasa diganggu mereka.[4]




3. Menyajikan Data Tentang Sikap Hidup yang Seimbang antara Dunia dan Akhirat Sesuai Kandungan Hadis
            Berikut ini adalah indikasi dimilikinya perilaku yang mencerminkan keseimbangan hidup dunia dan akhirat
a.       Berusaha secara wajar dalam mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan tidak terlampau bernafsu untuk mencapainya.
b.      Tidak tampak terlampau gembira sampai melebihi batas kewajiban bila dapat memperoleh keuntungan dunia.
c.       Tidak terlampau bersedih bila belum dapat mencapai kesejahteraan hidup di dunia dengan tetap bersabar dan berusaha.
d.      Pandai-pandai mensyukuri nikmat Allah yang diterima dengan cara memanfaatkannya sesuai petunjuk agama.
e.       Gemar mengeluarkan sebagian harta, tenaga maupun pikiran untuk kepentingan agama dan kemanusiaan.
f.       Rajin dan tekun beribadah di samping berusaha mencara penghidupan.[5]








DAFTAR PUSTAKA

Agama Indonesia, Kementerian.2015.  Buku Siswa  Al-Qur’an Hadits . Jakarta: Kementerian Agama.

Agama Indonesia, Kementerian.2015.  Buku Guru  Al-Qur’an Hadits . Jakarta: Kementerian Agama.

T. Ibrahim dan H. Darsono. 2015.Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 2 untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah. Solo: AQILA..

Jumat, 03 April 2020

poto 17 agustus mts agung alim 2018










































TUGAS TERSETRUKTUR MAPEL ALQURAN HADITS MTs AGUNG ALIM BLADO KELAS 7 (4 APRIL 2020)

AHIRNYA SAYA TAHU
TUGAS : 1. MEMBACA PENJELASAN Q.S ALAHAB 
             2. MENGHAFALKAN QS ALAHAB BESERTA ARTINYA
Surat Al Lahab (nama lainnya: surat Al Masad) mengisahkan paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang betul-betul memusuhi beliau yaitu Abu Lahab. Nama asli beliau adalah Abdul ‘Uzza bin ‘Abdil Mutholib. Nama kunyahnya adalah Abu ‘Utaibah. Namun beliau lebih dikenal dengan Abu Lahab, karena wajahnya yang memerah (makna lahab: api yang bergejolak). Beliau lah yang paling banyak menentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga Allah Ta’ala membicarakan Abu Lahab dalam satu surat.
Berikut beberapa pelajaran tafsir yang kami gali dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim (karya Ibnu Katsir) dan kami tambahkan faedah dari kitab tafsir lainnya. Semoga manfaat.

Allah Ta’ala berfirman,
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.  Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al Lahab: 1-5)
Sebab Turunnya Ayat
Mengenai asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat ini diterangkan dalam riwayat berikut:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْبَطْحَاءِ فَصَعِدَ إِلَى الْجَبَلِ فَنَادَى يَا صَبَاحَاهْ فَاجْتَمَعَتْ إِلَيْهِ قُرَيْشٌ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ حَدَّثْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوَّ مُصَبِّحُكُمْ أَوْ مُمَسِّيكُمْ أَكُنْتُمْ تُصَدِّقُونِي قَالُوا نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا تَبًّا لَكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ إِلَى آخِرِهَا
“Dari Ibnu Abbas bahwa suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju Bathha`, kemudian beliau naik ke bukit seraya berseru, “Wahai sekalian manusia.” Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul. Kemudian beliau bertanya, “Bagaimana, sekiranya aku mengabarkan kepada kalian, bahwa musuh (di balik bukit ini) akan segera menyergap kalian, apakah kalian akan membenarkanku?” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda lagi, “Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian. Sesungguhnya di hadapanku akan ada adzab yang pedih.” Akhirnya Abu Lahab pun berkata, “Apakah hanya karena itu kamu mengumpulkan kami? Sungguh kecelakanlah bagimu.” Maka Allah menurunkan firman-Nya: “TABBAT YADAA ABII LAHAB..” Hingga akhir ayat.” (HR. Bukhari no. 4972 dan Muslim no. 208)
Tafsir Ayat
Ayat (تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ), yaitu binasalah kedua tangan Abu Lahab, menunjukkan do’a kejelekan padanya. Sedangkan ayat (وَتَبَّ), yaitu sungguh dia akan binasa, menunjukkan kalimat berita.
Firman Allah Ta’ala (تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ), maksudnya adalah sungguh Abu Lahab merugi, putus harapan, amalan dan usahanya sia-sia. Sedangkan makna (وَتَبَّ), maksudnya adalah kerugian dan kebinasaan akan terlaksana.
Firman Allah Ta’ala (مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ), yang dimaksud (وَمَا كَسَبَ) yaitu apa yang ia usahakan adalah anaknya.
Firman Allah Ta’ala (سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ)yaitu kelak Abu Lahab akan mendapat balasan yang jelek dan akan disiksa dengan api yang bergejolak, sehingga ia akan terbakar dengan api yang amat panas.
Firman Allah Ta’ala (وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ), istri Abu Lahab biasa memikul kayu bakar. Istri Abu Lahab bernama Ummu Jamil, salah seorang pembesar wanita Quraisy. Nama asli beliau adalah Arwa binti Harb bin Umayyah. Ummu Jamil ini adalah saudara Abu Sufyan. Ummu Jamil punya kelakuan biasa membantu suaminya dalam kekufuran, penentangan dan pembakangan pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, pada hari kiamat, Ummu Jamil akan membantu menambah siksa Abu Lahab di neraka Jahannam. Oleh karena itu, Allah Ta’ala katakan dalam ayat selanjutnya,
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)
“Dan (begitu pula) istri Abu Lahab, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” Yaitu istri Abu Lahab akan membawa kayu bakar, lalu ia akan bertemu suaminya Abu Lahab. Lalu ia menambah siksaan Abu Lahab. Dan memang istri Abu Lahab dipersiapkan untuk melakukan hal ini.
Yang dimaksud firman Allah Ta’ala (فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ), yaitu maksudnya di leher Ummu Jamil ada tali sabut dari api neraka. Sebagian ulama memaknakan masad dengan sabut. Ada pula yang mengatakan masad adalah rantai yang panjangnya 70 hasta. Ats Tsauri mengatakan bahwa masad adalah kalung dari api yang panjangnya 70 hasta.
Tafsiran Istri Abu Lahab Pembawa Kayu Bakar
Di sini ada beberapa tafsiran ulama:
Pertama: Mengenai ayat (حَمَّالَةَ الْحَطَبِ), pembawa kayu bakar maksudnya adalah Ummu Jamil adalah wanita sering menyebar namimah, yaitu si A mendengar pembicaraan B tentang C, lantas si A menyampaikan berita si B pada si C dalam rangka adu domba. Ini pendapat sebagian ulama.
Kedua: Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud Ummu Jamil pembawa kayu bakar adalah karena kerjaannya sering meletakkan duri di jalan yang biasa dilewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah pendapat yang dipilih Ibnu Jarir Ath Thobari.
Ketiga: Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud (حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) adalah Ummu Jamil biasa mengenakan kalung dengan penuh kesombongan. Lantas ia katakan, “Aku aku menginfakkan kalung ini dan hasilnya digunakan untuk memusuhi Muhammad.” Akibatnya, Allah Ta’ala memasangkan tali di lehernya dengan sabut dari api neraka.
Surat Al Lahab adalah Bukti Nubuwwah
Surat ini merupakan mukjizat yang jelas-jelas nampak yang membuktikan benarnya nubuwwah (kenabian), bahwasanya betul-betul beliau adalah seorang Nabi. Karena sejak turun firman Allah Ta’ala,
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.  Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut”, Abu Lahab dan Ummu Jamil tidaklah beriman sama sekali baik secara zhahir atau batin, dinampakkan atau secara sembunyi-sembunyi. Maka inilah bukti benarnya nubuwwah beliau. Apa yang dikabarkan pada beliau, maka itu benar adanya.
Faedah berharga dari Surat Al Lahab:
  1. Allah telah menetapkan akan kebinasaan Abu Lahab dan membatalkan tipu daya yang ia perbuat pada Rasulnya.
  2. Hubungan kekeluargaan dapat bermanfaat jika itu dibangun di atas keimanan. Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Lahab punya kedekatan dalam kekerabatan, namun hal itu tidak bermanfaat bagi Abu Lahab karena ia tidak beriman.
  3. Anak merupakan hasil usaha orang tua sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya anak adalah hasil jerih payah orang tua.” (HR. An Nasai no. 4452, Ibnu Majah no. 2137,  Ahmad 6/31. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini shahih). Jadi apa pun amalan yang dilakukan oleh anak baik shalat, puasa dan amalan lainnya, orang tua pun akan memperoleh hasilnya.
  4. Tidak bermanfaatnya harta dan keturunan bagi orang yang tidak beriman, namun sebenarnya harta dan keturunan dapat membawa manfaat jika seseorang itu beriman.
  5. Api neraka yang bergejolak.
  6. Mendengar berita neraka dan siksaan di dalamnya seharusnya membuat seseorang takut pada Allah dan takut mendurhakai-Nya sehingga ia pun takut akan maksiat.
  7. Bahaya saling tolong menolong dalam kejelekan sebagaimana dapat dilihat dari kisah Ummu Jamil yang membantu suaminya untuk menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  8. Akibat dosa namimah, yaitu menyulut api permusuhan sehingga diancam akan disiksa dengan dikalungkan tali sabut dari api neraka.
  9. Siksaan pedih akibat menyakiti seorang Nabi.
  10. Terlarang menyakiti seorang mukmin secara mutlak.
  11. Setiap Nabi dan orang yang mengajak pada kebaikan pasti akan mendapat cobaan dari orang yang tidak suka pada dakwahnya. Inilah sunnatullah yang mesti dijalani dan butuh kesabaran.
  12. Akibat jelek karena infaq dalam kejelekan dan permusuhan.
  13. Benarnya nubuwwah (kenabian) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  14. Ummu Jamil dan Abu Lahab mati dalam keadaan kafir secara lahir dan batin, mereka akan kekal dalam neraka.
  15. Tidak boleh memakai nama dengan bentuk penghambaan kepada selain Allah, karena Abu Lahab disebut dalam ayat ini tidak menggunakan nama aslinya yaitu Abdul Uzza (hamba Uzza). Padahal Al Qur’an biasa jika menyebut nama orang akan disebut nama aslinya. Maka ini menunjukkan terlarangnya model nama semacam ini karena mengandung penghambaan kepada selain Allah. (Ahkamul Quran, Al Jashshosh, 9/175)
  16. Nama asli (seperti Muhammad) itu lebih mulia daripada nama kunyah (nama dengan Abu … dan Ummu …). Alasannya karena dalam ayat ini demi menghinakan Abu Lahab, ia tidak disebut dengan nama aslinya namun dengan nama kunyahnya. Sedangkan para Nabi dalam Al Quran selalu disebut dengan nama aslinya (seperti Muhammad) dan tidak pernah mereka dipanggil dengan nama kunyahnya. (Ahkamul Quran, Ibnul ‘Arobi, 8/145)
  17. Kedudukan mulia yang dimiliki Abu Lahab dan istrinya tidak bermanfaat di akhirat. Ini berarti kedudukan mulia tidak bermanfaat bagi seseorang di akhirat kelak kecuali jika ia memiliki keimanan yang benar.
  18. Imam Asy Syafi’i menyebutkan bahwa pernikahan sesama orang musyrik itu sah, karena dalam ayat ini Ummu Jamil dipanggil dengan “imro-ah” (artinya: istrinya). Berarti pernikahan antara Ummu Jamil dan Abu Lahab yang sama-sama musyrik itu sah.
Semoga bermanfaat. Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk terus mengkaji Al Quran dan menggali faedah di dalamnya.

Referensi:
Ahkamul Qur’an, Al Jashshosh Al Hanafi, Asy Syamilah
Ahkamul Qur’an, Ibnul ‘Arobi, Asy Syamilah
Aysarut Tafaasir, Abu Bakr Jaabir Al Jazairi, Maktabah Adwail Munir.
Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin.
Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, Darul Fawaid – Dar Ibnu Rajab.
Faedah dari Kajian Ustadz Dzulkarnaen mengenai Tafsir Ayat Ahkam, akhir Maret 2010, di Masjid Pogung Raya

 

Blogroll

Blog Archive